1.1
TUJUAN
1.2 TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi
adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang
ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik
ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik
akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang
membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi
meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan
menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim , 2008).
Dalam
stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada
reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang
berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam,
ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes 1 indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya
(misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama
ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik
ekivalen terjadipada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada
titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997)
Pada proses
titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai
seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna
menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Basset, 1994).
Titrasi
biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yang diperlukan
untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik
ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk
akhir adalah kesalahan acak yangberbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini
bersifat aditif dan determinan dannilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan
metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai
nol (Rivai, 1995).
Larutan
baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan
N (normalitas) atau M (molaritas). Larutan
standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan
cara mentitrasi dengan larutan standar primer, biasanya melalui metode
titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2.
Ø Syarat
larutan baku sekunder
1.
Tidak mudah diperoleh dalam bentuk
murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.
2.
Zatnya tidak mudah dikeringkan,
higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada waktu penimbangan.
3.
Derajat kemurnian lebih rendah
daripada larutan baku primer.
4.
Mempunyai BE yang tinggi untuk
memperkecil kesalahan penimbangan
5.
Larutannya relatif stabil dalam
penyimpanan.
Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya
lalu dilarutkan dalam sejumlah pelarut(air). Larutan baku ini sangat bergantung
pada jenis zat yang ditimbangnya/dibuat.
·
Syarat-syarat
larutan baku primer :
Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat
tertentu .Syarat agar suatu zat menjadi larutan baku primer adalah:
1.
Mudah diperoleh, dimurnikan,
dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C) dan disimpan dalam
keadaan murni.
2.
Tidak bersifat higroskopis dan tidak
berubah berat dalam penimbangan di udara.
3.
Zat tersebut dapat diuji kadar
pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
4.
Sedapat mungkin mempunyai massa
relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan
dapat diabaikan.
5.
Zat tersebut harus mudah larut dalam
pelarut yang dipilih.
6.
Reaksi yang berlangsung dengan
pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi
harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit,
penimbangan yang dilakukanpun harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang
akurat. Pembuatan larutan baku primer ini biasanya dilakukan dalam labu ukur
yang volumenya tertentu. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer
adalah asam oksalat, Boraks, asam benzoat (C6H5COOH), K2Cr2O7,
AS2O3, NaCl 

Konsentrasi
larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut
dalam satu liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam
satu liter larutan). Satuan molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan
secara internasional, sedangkan satuan normalitas biasa juga dilakukan dalam
analisis karena dapat memudahkan perhitungan.
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir
titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo
dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
Kadang-kadang
kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar pH, akan tetapi perlu kita
ketahui juga berapa banyak asam atau basayang terdapat didalam sampel. Sebagai
contoh, seorang ahli kimia lingkungan mempelajari suatu danau dimana
ikan-ikannya mati. Dia harus mengetahui secara pasti seberapa banyak asam yang
terkandung dalam suatu sampel air danau tersebut. Titrasi melibatkan suatu
proses penambahan suatu larutan yang disebut tirant dari buret ke suatu flask
yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asam-basa tergantung
pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri. Pada titik
tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan OH- yang
ditambahkan sebagai titrant adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau
H3O+ yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri
dari garam dan air. Larutan tersebut adalah asam apabila ion asam yang
terkandung didalamnya, dan basa apabila ion basa yang terkandung didalamnya
(Atkins, 1997 : 550).
Misalkan kita
ingin menentukan molaritas dari suatu larutan
yang tidak diketahui konsentrasinya. Kita bisa
menentukan konsentrasi
tersebut
melalui suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita menetralisasi suatu
asam dengan suatu basa yang telah diketahui konsentrasinya. Pada titrasi,
pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang volumenya telah ditentukan ke
dalam suatu flask. Dan tambahkan beberapa tetes indikator seperti penolftalein,
kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolftalein tidak berwarna.
Kemudian, buret kita isi dengan larutan NaOH yang konsentrasinya telah diketahui.
dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke asam pada flask. Kita bisa mengetahui
bahwa netralisasi telah berlangsung ketika penolftalein volume yang ditambahkan
dan molar NaOH, kita dapat menentukan konsentrasi asam tartrat (Timberlake,
2004 : 354-355)


a. Asam Tartrat
Nama Resmi : Tartaric Acid
Nama Lain : 2,3-dihydroxysuccinic
acid
threaric acid
racemic acid
uvic acid
paratartaric acid
threaric acid
racemic acid
uvic acid
paratartaric acid
Rumus
Molekul : 

Berat Molekul : 150,09 g/mol
Pemerian : hablur, tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau,
rasa sangat asam.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam ai,r mudah larut dalam etanol
95% P, sukar larut dalam eter P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai Sampel
b. Air suling
Nama Resmi : Aquades desilata
Nama Lain : Aquadest
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut
c. Gliserol
Nama resmi : Glycerolum
Nama lain : Gliserol/Gliserin
RM/BM : C3H8O3 /92,10
g/mol
Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopis
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol
(95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam
minyak lemak
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kandungan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai sampel
d. Fenolftalein
Nama resmi : Phenolftalein
Nama lain : Fenolftalein
RM/BM : C20H14O4/318,32
g/mol
Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan,
larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol
(95%) P
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
Kandungan : -
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai larutan indikator.
e. Natrium hidroksida
Nama resmi :
Natrii hydroxydum
Nama lain : Natrium hidroksida
RM/BM : NaOH/40,00 g/mol
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur
atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif.
Segera menyerap CO2
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) .
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kandungan : Mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali
jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
1.3
PRINSIP
KERJA
“Penetralan Asam basa”
Ø Penetapan
kadar asam tartrat menurut FI III :
Kurang lebih 3 gram yang ditimbang
seksama larutkan dalam 10 ml air. Titrasi NaOH 1 N menggunakan indicator Fenolftalein.
1.4
KESETARAAN

1
mol NaOH ~ 1 mol 






1.5
ALAT
DAN BAHAN
1.5.1
ALAT
Ø Erlenmeyer 250 mL
Ø Gelas bekker 250 mL dan 500 mL
Ø Batang Pengaduk
Ø Corong
Ø Sire
Ø Pipet tetes
Ø Labu ukur 50 mL
Ø Pipet volume 10 mL
Ø Gelas arloji
Ø Gelas ukur 10 ml
Ø Buret asam dan basa 50 mL
Ø Kompor listrik
Ø Neraca analitik
Ø Statif dan klem
1.5.2
BAHAN
Ø NaOH
Ø Asam
Tartrat
Ø Kalium
Biftalat
Ø Gliserol
Netral
Ø Indicator
PP
Ø Aquadest
Bebas C

1.6
CARA
KERJA
1.6.1
PEMBUATAN
LARUTAN
·
Pembuatan larutan NaOH 0,05N sebanyak
500ml
=

=

=
1 gram
ü Menimbang
NaOH 1 gram larutkan dalam backerglass dengan Aquadest bebas CO2
sampai larut.
ü Menambahkan
Aquadest bebas bebas CO2 ad 500 ml dalam labu takar 500 ml.
ü Kocok
hingga homogeny dan larut.
·
Larutan Glyserol netral 10 ml
ü Memasukkan
larutan Glyserol 10 ml dalam Erlenmeyer.
ü Ditambahkan
2 tetes indicator PP 1 %
ü Titrasi
dengan larutan NaOH standart ad terjadi perubahan warna merah muda konstan.
·
Indikator PP 2% 60 ml
Ø Pembuatan
etanol 90% sebanyak 60 ml
V1 . N1
= V2 . N2
60.90 = V2
. 96
5400 = 96.
V2


(Mengukur 56,25 etanol
96%, masukkan dalam gelas ukur 100 ml ditambah aquadest bebas CO2 ad
60 ml)
ü Mengukur
indicator PP 200mg
ü Menimbang
etanol 90% sebanyak 60 ml. larutan indicator PP 200 mg dengan 60 ml etanol 90%
masukkan dalam labu takar ditambah aquadest ad sampai 50 ml
·
Orientasi Kadar Asam Tartrat
1.
Timbang seksama ± 100 mg asam Tartrat
dengan timbangan Analitik.
2.
Masukkan dalam Erlenmayer ditambah
aquadest bebas CO2 sampai larut.
3.
Tembahkan 3 ml glycerol netral.
4.
Tambahkan 3 tetes indicator PP 1%
5.
Titran dengan NaOH 0,05 N standart
sampai terjadi perubahan warna merah muda konstan.
·
Penetapan kadar Asam Tartrat
1.
Timbang ± 300 mg Asam Tartrat dengan
timnbangan analitik.
2.
Masukkan dalam Erlenmayer ditambah
aquadest bebas CO2 sampai larut.
3.
Tembahkan 3 ml glycerol netral
4.
Tambahkan 3 tetes indicator PP 1%
5.
Titran dengan NaOH 0,05 N standart
sampai terjadi perubahan warna merah muda konstan.(replikasi 3x)
·
Cara pembuatan Kalium Biftalat 0,05 N


= 0,5105 gram
ü
Menimbang kalium biftalat (
0,5105 gram.

ü
Larutkan dalam backerglass ditambah
sedikit aquadest bebas CO2 aduk ad larut.
ü
Masukkan dalam labu takar 50 ml tambahkan
aquadest bebas CO2 ad 50 ml.
·
Penetapan kadar NaOH dengan kalium
biftalat
ü
Pipet 10 ml kalium biftalat standart,
masukkan dalam Erlemayer
ü
Tambahkan aquadest bebas CO2
10 ml.
ü
Tambahkan 2 tetes PP 1%
ü
Titrasi dengan NaOH 0,05 N standart
sampai terjadi perubahan warna merah muda konstan. (Replikasi 3x)
1.7
HASIL
1.7.1
ORIENTASI
· PENIMBANGAN
a.
Penimbangan I
Data penimbangan asam
tartrat
Kertas + Sampel = 0,350
g = 350 mg
Kertas + Sisa = 0,250 g = 250 mg
Sampel
100 mg
Titran NaOH 5,00 ml
b.
Penimbangan II
Kertas + Sampel = 0,550
g = 550 mg
Kertas + Sisa = 0,250 g = 250 mg
Sampel
300 mg
Titran NaOH 11,00 ml
· PERHITUNGAN
a. Perhitungan
I
Pembacaan buret sampel
0,00 – 5,00 = 5,00 ml (karena hasil
pembacaan buret ˂10-40 ml maka penimbangan sampel asam tartrat dinaikkan
menjadi 300 mg)
Kadar
Asam Tartrat I
=
x 100%





= 18,76 %
b. Perhitungan
II
Pembacaan buret sampel
0,00- 11,00 = 11,00 ml
Kadar
asam tartrat II
=
x 100%

=
x 100%




= 13,76 %
v Jadi
rencana penimbangan sampel asam tartrat adalah 300 mg
1.7.2
Standarisasi
Larutan NaOH 0,05 N Dengan Menggunakan Kalium Biftalat.
·
Pembacaan buret standarisasi naOH 0,05 N
dengan kalium biftalat
1. 0,00
– 12,30 = 12,30 ml
2. 0,00
– 12,00 = 12,00 ml
3. 0,00
– 12,40 = 12,40 ml
I.
Pembacaan buret 12,30 ml
V1
. N1 = V2 . N2
NaOH
= Kalium biftalat
12,30.N1 = 10
. 0,05
N1 = 0,0406 N
Normalitas NaOH adalah
0,0406 N
II.
Pembacaan buret 12,00 ml
V1
. N1 = V2 . N2
NaOH
= Kalium biftalat
12,00.N1 = 10
. 0,05
N1 = 0,0416 N
Normalitas NaOH adalah
0,0416 N
III.
Pembacaan buret 12,40 ml
V1
. N1 = V2 . N2
NaOH
= Kalium biftalat
12,40.N1 = 10
. 0,05
N1 = 0,0403 N
Normalitas NaOH adalah
0,0403 N
· Jadi,
rata-rata normalitas NaOH :



1.7.3
Penetapan
Kadar Asam Tartrat Dengan Larutan NaOH 0,05N (Replikasi 3x)
· PENIMBANGAN
a.
Penimbangan I
Data penimbangan asam
tartrat
Kertas + Sampel = 0,560
g = 560 mg
Kertas + Sisa = 0,260 g = 260 mg
Sampel 300 mg
Titran NaOH 19,30 ml
b. Penimbangan
II
Data penimbanfan asam
tartrat
Kertas + Sampel = 0,550
g = 550 mg
Kertas + Sisa = 0,250 g = 250 mg
Sampel 300 mg
Titran NaOH 20,30 ml
c. Penimbangan
III
Data penimbangan asam
tartrat
Kertas + Sampel = 0,540
g = 540 mg
Kertas + Sisa = 0,240 g = 240 mg
Sampel 300 mg
Titran NaOH 20,40 ml
· PERHITUNGAN
a. Perhitungan
1
Pembacaan buret sampel
0,00- 19,30 = 19,30 ml
Kadar
asam tartrat I
=
x 100%




= 19,69 %
b. Perhitungan
II
Pembacaan
buret sampel
0,00-
20,30= 20,30 ml
Kadar
asam tartrat II
=
x 100%





= 20,71 %
c. Perhitungan
III
Pembacaan buret sampel
0,00- 20,40 = 20,40 ml
Kadar
asam tartrat III
=
x 100%

=
x 100%



=

= 20,81 %
· Jadi,
data sampel:
1. 19,69%
(data dicurigai)
2. 20,71%
3.
20,81%
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
20,71
|
0,05
|
||
20,76
|
0,05
|
||
20,81
|
0,05
|
UjiData penolakan :

19,69
– 20,76 > 0,05 . 2,5
1,07
> 0,05. 2,5
1,07
> 0,125 (data mengalami penolakan)
· Kadar
Asam Tartrat


Jadi
kadar Asam Tartrat Dalam Percobaan ini adalah 20,76%
1.8
PEMBAHASAN
Titrasi adalah proses mengukur
volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain
yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan
lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen. Titrasi asam basa sering disebut alkalimetri. Reaksi dasar dalam
titrasi asam-basa adalah netralisasi atau penetralan, yaitu reaksi asam dan
basa, yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti berikut :
H+ + OH- → H2O
Bila
kita mengukur berapa ml larutan asam bertitar tertentu yang diperlukan untuk
menetralkan larutan basa yang kadar atau titernya belum diketahui, maka
pekerjaan itu disebut asidimetri. Peniteran sebaliknya, asam dengan basa yang titernya
diketahui disebut alkalimetri.
Dalam titrasi sampel direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga jumlah kedua
zat tersebut ekivalen. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk padat, maka
beratnya harus diketahui dengan tepat. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk
larutan, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat. Larutan
yang diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan standar.
Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu, larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang kadarnya dapat
diketahui secara langsung dari hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O7
dan Na2B4O7.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan
cara pembakuan. Contohnya NaOH dan HCl.
Pelaksanaan penentuan kadar zat dengan jalan titrasi yaitu, larutan peniter
diteteskan sedikit demi sedikit kedalam larutan contoh sampai tercapai titik
akhir titrasi yaitu, titik dimana indikator tepat berubah warna. Hendaknya
diusahakan agar titik akhir ini sedekat mungkin pada titik ekivalen yaitu,
titik dimana titran dan titrat tepat saling menghabiskan, tidak ada kelebihan
yang satu maupun yang lain.
Dalam penentuan titik akhir titrasi digunakan indikator yaitu, senyawaan yang
digunakan sebagai penunjuk visiual pada saat tercapainya titik setara titrasi
antara dua larutan tertentu. Dalam alkalimetri indikator yang digunakan adalah
indikator pH yaitu zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah.
Sebenarnya telah terjadi reaksi antara indikator dan asam atau basa yang
bersangkutan.
Pada percobaan titrasi antara NaOH dan
yaitu titrasi asam lemah dengan basa kuat
digunakan indikator PP. Dikarenakan trayek pH indikator PP mencakup pH titik
ekivalen antara asam lemah dengan basa kuat. Jadi ketika indikator tepat
berubah warna atau titik akhir titrasi telah tercapai, ini berarti jumlah
titrat telah ekivalen dengan jumlah titran. Oleh karena itu, indikator PP
sangat tepat digunakan untuk penunjuk titrasi asam lemah dengan basa kuat.

Alkalimetri pada percobaan ini yang akan ditetapkan kadarnya adalah asam
tartrat dengan menggunakan kalium biftalat. Sebanyak 10 ml kalium biftalat
standart masukkan dalam erlemeyer tambahkan aquadest bebas CO2 10
ml asam tartrat diencerkan didalam labu
ukur hingga 100 ml. Dari 100 ml larutan asam cuka yang telah diencerkan dipipet
10 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator PP, Lalu asam tartrat dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N yang
telah distandarisasi. Pada saat titik akhir telah tercapai warna larutan
berubah menjadi merah muda konstan dikarenakan penambahan [OH-],
menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kanan,
perubahan HIn menjadi In-. Sehingga warna larutan berubah menjadi
merah muda konstan yang disebut warna
basa indikator. Setelah didapat titik akhir pada volume NaOH maka dapat
dihitung kadar
. Dari
perhitungan didapatkan kadar
sebesar 20,76%


Pada saat melakukan titrasi banyak kemungkinan faktor kesalahan yang terjadi
diantaranya :
-
Kebersihan
alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus bersih dan kering agar
tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada alat-alat
yang digunakan.
-
Kelebihan
titran sehingga volume titik akhir melebihi yang seharusnya.
-
Kesalahan
praktikan pada pembacaan miniskus buret.
Dalam kehidupan sehari-hari alkalimetri memiliki peranan penting. Misalnya
dalam bidang kesehatan basa (Mg(OH)2) digunakan sebagai antasida
untuk menetralkan asam lambung (HCl). Dalam bidang farmasi, alkalimetri
digunakan untuk menentukan gugus obat sulfa.
Pada peniteran asam dan basa, setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam
dan peniteran dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan
jumlah mol OH-. Pada saat ini larutan bersifat netral, atau [H+]
= [OH-] = 107.Indikator yang tepat untuk titik akhir
titrasi ini salah satunya adalah fenolftalein yang memiliki trayek pH 8,2 –
10,00.
1.9
KESIMPULAN
Setelah
melakukan percobaan Penentuan Asam Tartrat dengan Alkalimetri maka praktikan dapat
menarik kesimpulan yaitu :
1.
Dari percobaan didapat kadar asam
tartrat sebesar 20,76 %. Sedangkan dalam teori kadar asam tartrat sebesar 20 %.
2.
Reaksi yang ada pada titrasi ini adalah
reaksi netralisasi yaitu reaksi antara asam dengan basa untuk mencapai titik
ekivalen.
3.
Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat
indikator yang sesuai adalah phenolphthalein.
4.
Metode titrasi alkalimetri dapat
digunakan untuk menentukan kadar zat yang bersifat asam ataupun basa dalam
sampel.
5.
Larutan baku yang digunakan dalam
titrasi alkalimetri adalah asam kuat ataupun basa kuat yang telah diketahui
konsentrasinya secara tepat.
6.
Pada
titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya volume larutan dari basa kuat.
· Kemungkinan
kesalahan terjadi disebabkan oleh factor:
-
Kebersihan
alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus bersih dan kering agar
tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada alat-alat
yang digunakan.
-
Kelebihan
titran sehingga volume titik akhir melebihi yang seharusnya.
- Kesalahan praktikan pada pembacaan
miniskus buret.
1.10
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta :
Depkes RI
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.
Jakarta: Binarupa Aksara
Day,RA.,Uderwood A.L…1980.Analisa Kimia Kuntitatif Edisi keempat. erlangga: Jakarta.
Harjadi,W.
1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia : Jakarta
J. Basset dkk. 1994. Teknik Analisis Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Keenan,W.
Kleinfelter. 1980. Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta
Keenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk
Universitas. Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S.M.
2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia : Jakarta
Sastrohamidjojo,
Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas Press : Jogjakarta
Sya’bani,M.W.2009.Buku Petunjuk Pratikum Kimia Analisis. Akademi Teknoloi Kulit:
Yogyakarta.